Hati Butuh Slotip - Risalah Kuliahku

Berbagi info tugas kuliah, Kata bijak, Motivasi dan Inspirasi, Internet, Komputer

Jumat, 16 Februari 2018

demo-image

Hati Butuh Slotip

Hati Butuh Slotip
By: Anik Suhari

    Sasicha Bilqis, gadis kelahiran Kota Pahlawan itu sekarang sudah tumbuh dewasa. Wajahnya yang jelita, pantas jika ia disebut sebagai bunga desa. Gadis yang cantik dan cerdas itu berhasil membuat pemuda-pemuda di kampungnya berbondong-bondong untuk meminangnya. Namun, fikiran untuk hidup bersama seorang pujangga belum ada dibenaknya. Semangatnya dalam mencari ilmu membuat para pemuda-pemuda itu lelah dengan harapannya. Bukannya memilih untuk menolak, namun ia masih ingin mempersiapkan masa depannya.

Hati+Butuh+Selotip

   Suatu hari, datang seorang pemuda berkulit sawo matang menuju rumahnya. Pemuda itu dengan berani menemui ayah Sasicha. "Pak, saya datang ke sini untuk bersilaturrahmi ke rumah bapak sekaligus ingin mengkhitbah putri bapak, Sasicha. Saya punya sebidang tanah, sawah, dan ladang di seberang kampung. Saya pasti bisa membahagiakan putri bapak...". Belum selesai bicara, ayah Sasicha dengan cepat memotong pembicaraan pemuda itu. Dalam hati, bapaknya merasa kesal dengan segala pameran yang disampaikan pemuda itu, "Dikira saya tidak bisa membahagiakan anak saya, saya juga punya harta yang Inshaallah cukup untuk membahagiakan anak-anak saya". Pemuda itu kemudian keluar dengan harapan yang pupus. Sasicha yang berada di kamarnya mendengar semua perbincangan antara pemuda itu dan ayahnya. Sasicha juga tidak mau jika ada seorang pemuda yang meminangnya, ia juga belum cukup umur. Semangatnya menuntuk ilmu dan mengaji masih membara, cita-citanya yang begitu besar untuk membahagiakan kedua orangtuanya. Selama ini jika ada orang yang akan melamarnya ayahnya pun tidak pernah memberitahunya, ayahnyaa tidak ingin anaknya kefikiran yang semestinya belum pada masanya.

   Setelah mendengar kebisingan bahwa sudah banyak pemuda yang datang ke rumahnya, Sasicha merasa ingin pergi dari kampungnya. Ia merasa terganggu, menjadi tidak fokus akan belajarnya. Tapi tidak mungkin jika ia tiba-tiba pergi begitu saja. Tanpa berfikir panjang, kebetulan sekarang ia akan lulus dari sekolahnya. Berharap orangtuanya mengizinkan untuk mondok ke luar kota. Alhasil, orangtuanya tidak mengizinkan mondok ke luar kota. Sebab itu terlalu jauh baginya. Sasicha bersedih tidak bisa berbuat apa-apa ketika orangtuanya melarangnya ke luar kota, ia pun tidak berani mengutarakan alasan yang sebenarnya kenapa ia memilih pondok pesantren yang begitu jauh. Padahal alasan ia memilih mondok di tempat yang jauh agar ia fokus dengan sekolahnya dan menghindari pemuda-pemuda yang ingin melamarnya. Dengan itu Sasicha murung, dan memilih diam di kamar selama liburan pasca Ujian Nasional, keluar kamar pun ketika makan dan mengambil aiir wudlu. Orangtuanya bingung kenapa gadis cantiknya akhir-akhir ini slalu saja mengurung di kamar. Berjalanlah bapaknya menuju kamarnya, "Nak, kenapa kamu akhir-akhir ini tidak mau keluar rumah. Apakah larangan ayah minggu lalu membuatmu bersedih?," ujar ayahnya. Dengan lembut Sasicha menjawab, "tidak yah, Sasicha hanya bersedih kenapa Allah tidak meridloi harapan Sasicha untuk mondok di luar kota. Sasicha ingin fokus belajar, Sasicha khawatir jika nanti melanjutkan kuliah atau mondok yang dekat-dekat sini, Sasicha tidak fokus". Ayahnya tersenyum dan berkata, "baiklah, ayah dan ibu mengizinkan kamu mondok di luar kota, dengan syarat ayah dan ibu yang menentukan pondok pesantrennya, ayah dan ibu sebenarnya khawatir jika kamu berada jauh di sana, kamu ini perempuan. Yasudah nanti ayah  pilihkan pondok pesantren yang lingkungannya mampu membawamu kebaikan". Sontak mata kebahagiaan yang dirasakan Sasicha, dan kota Banyuwangi lah yang dipilihnya untuk menimba ilmu dan menghafal Al-Qur'an.

   Seorang perempuan pasti pernah menaruh nama seorang pemuda di dalam hatinya, apalagi seumuran Sasicha. Semua itu pasti dirasakan setiap perempuan, termasuk Sasicha. Ia menyukai seorang pemuda yang cakap, santun, dan pinter mengaji. Pemuda itu juga lulusan pondok pesantren, jadi patut jika disebut santri. Perasaan kepada pemuda itu sudah cukup lama, namum Sasicha memilih untuk diam, padahal hampir setiap hari ia berkomunikasi melalui whatsapp. Ia memilih jadi pecundang dengan tidak mengungkapkan perasaannya. Karena bagi Sasicha, cinta yang sepatutnya adalah senantiasa mencintai dalam doa. Seringnya berkomunikasi membuat Sasicha dan pemuda itu menjadi begitu dekat. Setiap kali chatingan Sasicha merasa pemuda itu  memberi harapan kepadanya. Sasicha berfikiran positif mungkin pemuda itu tidak berani mengungkapkannya sekarang dan akan menunggu waktu yang pas nantinya.


    Sebelum berangkat ke pondok, ia sempat pamit dengan pemuda itu. Pemuda itu  hanya berharap agar Sasicha untuk fokus belajar di sana. Dengan pesan yang seperti memberi harapan itu, Sasicha semakin menjaga hatinya untuk pemuda itu. Setiap kali tahajud, ia slalu mendoakannya. Agar pemuda itulah yang kelak menjadi imamnya. Harapannya yang begitu besar kepada pemuda itu, sampai-sampai jika ada orang lain yang berusaha mengetuk hatinya, sama sekali tidak ada yang dipersilahkan.
Beberapa tahun kemudian..

   Kini tiba waktunya kembali ke tempat asal, Sasicha sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah dan membuktikan kepada ayahnya bahwa ia sudah menjadi Hafidzah sekaligus lulusan terbaik di pondoknya. Kegembiraan itu sedang menyelimuti benaknya, kerja keras yang slama ini ia lakukan haruslah ia suguhkan kepada orang-orang tercintanya, keluarga, saudara, teman, dan juga pemuda yang masih menjadi dambaannya. Perjalanan yang begitu jauh, memakan waktu yang cukup lama di perjalanan. Sesampainya di rumah, orangtuanya menyambut dengan senyuman manis. Melihat putrinya yang catik sekarang sudah tumbuh dewasa. Setelah itu, mempersilahkan masuk, Sasicha bak Tuan Putri pada hari itu. Tiba-tiba Sasicha ingin sekali menghubungi pemuda itu, sudah bertahun-tahun ia tidak memegang handphone. Jarang sekali ia berkomunikasi, betapa rindunya kepada sosok pujaan hatinya itu. Kali ini Sasicha akan mencoba mengutarakan isi hatinya kepada pemuda itu, sebab menahan sesuatu  yang tidak bisa tumpah itu justru akan terus menyakiti.

"Assalamu'alaikum a'.. sekarang Sasicha sudah menjadi apa yang a'a kagumkan, ini semua berkat doa a'a dan juga kerja keras Sasicha. Sudah lama kita tidak berkomunikasi. Sekarang Sasicha sudah pulang dan ingin sekali bertemu a'a. Semoga a'a mengerti"

Belum juga disentuh Send, tiba-tiba profil whatsapp pemuda itu berubah. Sasicha langsung membukanya, ia terkejut dan merasakan kepingan hati yang tak bernuansa. Profilnya berganti foto pemuda itu yang sedang memakaikan cincin kepada seorang  perempuan. Sasicha tidak tau siapa perempuam itu. Seketika itu, Sasicha langsung menghapus chatnya yang tidak jadi dikirimnya tadi. Hati Sasicha terpukul. Orang yang slama ini menjadi penghuni hati dan doanya ternyata jodoh orang lain. Sekian lama ia menjaganya hanya untuk seorang dia, tapi dia malah menjadi penghuni hati dan doa orang lain. Setelah tau pemuda yang ia sukai ternyata sudah bersama orang lain, ia berusaha mengubur dalam-dalam harapan yang tak sampai itu. Tanpa mengotori tali pertemanan yang begitu akrab justru ia mendoakan semoga pemuda yang dicintainya memang benar-benar bahagia bersama perempuan lain.

Apapun yang menjadi doa-doa terbaik kita pasti akan dihantam dengan kenyataan, maniskah atau pahitkah. Semua itu tidak akan jauh dengan  harapan Allah Swt yang jauh lebih baik dari harapan makhluknya. Berbenahlah dan berdoalah agar segala kebaikan datang pada diri kita, walaupun suatu musibah yang datang, percayalah musibah itulah pengantar kita menuju kebaikan. Cinta adalah kebebasan, ia tidak mengkerdilkan dirinya, juga orang lain. Cinta adalah kebahagiaan, senantiasa bahagia walaupun ia sudah bersama yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar