Filsafat Umum (Pengertian, Proporsi, dan Penalaran) - Risalah Kuliahku

Berbagi info tugas kuliah, Kata bijak, Motivasi dan Inspirasi, Internet, Komputer

Kamis, 15 November 2018

demo-image

Filsafat Umum (Pengertian, Proporsi, dan Penalaran)


Pengertian, Proporsi, dan Penalaran

Ada tiga aspek penting dalam memahami logika ini, agar mempunyai pengertian tentang penalaran yang merupakan suatu bentuk pemikiran. Ketiga aspek tersebut adalah pengertian, proporsi, dan penalaran.

1.      Pengertian
Pengertian adalah tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetajuan manusia mengenai realitas. Pengertian-pengertian tentang kenyataan itu disebut kata. Dengan kata lain, kata adalah tanda lahiriyah untuk menyatakan pengertian dan barangnya. Sedangkan bagian dari suatu kalimat yang berfungsi sebagai subjek atau predikat disebut term atau isi pengertian. Term atau isi pengertian ialah semua unsur yang termuat di dalam pengertian itu.
Menurut isinya, pengertian dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a.       Kolektif dan distributif. Kolektif maksudnya pengertian yang isinya mencakup barang-barang atau orang secara koleksi atau sekumpulan, misalnya selusin piring, sekelompok pemuda, dan sebagainya. Sedangkan distributif adalah kebalikan dari kolektif, yaitu pengertian yang terpisah-pisah, yang menunjukan bahwa barang atau orang tersebut terpisah-pisah sebagai sendiri-sendiri atau satu per satu.
b.      Konkret dan abstrak. Pengertian yang konkret adalah pengertian yang memperlihatkan kenyataan atau realitas sebagai pokok subjek yang berdiri sendiri, misalnya dikatakan ‘Ini gelas kaca’. Pernyataan gelas kaca ini menunjuk kenyataan dengan sifat kaca. Sedangkan pengertian yang abstrak adalah pengertian yang memperlihatkan sifat tanpa memperlihatkan subjeknya. Misalnya dikatakan ‘gelas itu mahal’.
c.       Menyindiri dan terus terang. Yang dimaksud dengan menyindiri (connatative) ialah menyatakan sesuatu dengan secara tidak langsung dan tidak terus terang. Penggunaan kalimat atau pernyataan menyindir ini dipakai untuk menyatakan sesuatu hal kepada orang lain agar tidak menyinggung perasaan orang tersebut. Pernyataan ini biasanya ditunjukkan atau dipakai untuk mengoreksi atau mengajak orang lain untuk memperbaiki sikapnya atau perilakunya yang salah atau tidak tepat.

2.      Proporsi
Proporsi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai hubungan yang terdapat diantara dua buah term. Kedua term tersebut terdiri dari subjek dan predikat. Subjek adalah term pokok dalam proposisi, dan predikat adalah term yang menyebut sesuatu mengenai subjek.
Menurut Poespoprodjo (1999: 178), proposisi dapat dibedakan ke dalam dua bentuk atau golongan, proposisi kategoris dan proposisi hipotetis. Proposisi kategoris adalah proposisi yang menerangkan identitas atau kebedaan dua konsep objektif. Identitas yang diterangkan dapat formal atau objektif, dapat utuh atau parsial. Setiap proposisi kategoris biasanya mengandung tiga unsur, yaitu subjek atau hal yang diterangkan, predikat atau hal yang menerangkan, dan kopula atau hal yang mengungkapkan hubungan antara subjek dan predikat. Adapun proposisi hipotetis adalah proposisi yang antara bagian-bagiannya terdapat hubungan depedensi (ketergantungan), oposisi (berlawanan), dan kesamaan.
Macam proposisi, yang menurut sumbernya adalah :
a.       Proposisi analitik (proposisi apriori) , adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya, seperti :
Mangga adalah buah-buahan
Kuda adalah hewan
Ayah adalah orang laki-laki
Kata “buah-buahan” pada contoh “Mangga adalah buah-buahan”, pengertiannya sudah terkandung pada subyek “mangga”. 
Jadi predikat pada proposisi analitik tidak mendatangkan pengetahuan baru.
b.      Proposisi sintetik, adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya, seperti :
Pepaya ini manis
Gadis itu gendut
Onassis adalah kaya raya
Kata “manis” pada contoh “Pepaya ini manis”, pengertiannya belum terkandung pada subyeknya, yaitu “pepaya”. Jadi kata manis merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman, maka untuk mengetahui sesuai tidaknya dengan kenyataan empiriknya harus diuji terlebih dahulu.

3.      Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Agar buah pengetahuan yang berdasarkan penalaran itu mempunyai bobot kebenaran, maka proses berpikir perlu dan harus dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu. Dalam penalaran proposisi-proposisi yang menjadi dasar penyimpulan disebut premis, sedang kesimpulannya disebut konklusi. Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan lambang. Lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran
 akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dan lambangnya adalah kata, untuk proposisi lambangnya adalah kalimat (kalimat berita) dan untuk penalaran lambangnya adalah argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
1.      Ciri penalaran
a. Adanya suatu pola berpikir secara luas dapat disebut logika, bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri atau kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis.
b. Adanya suatu proses berpikir bersifat analitik, yakni kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
2.      Jenis metode dalam menalar
a. Penalaran Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif, contoh : 


Kambing mempunyai mata.
Gajah mempunyai mata.
Kucing mempunyai mata.
Semua binatang mempunyai mata

b. Penalaran Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus, contoh:

Semua mahluk mempunyai mata. (Premis mayor)
Si Polan adalah seorang mahluk. (Premis minor)
Jadi Si Polan mempunyai mata. (Kesimpulan)
3.      Kesalahan Penalaran
kesalahan adalah Kesesatan yang terjadi dalam aktifitas berfikir dikarenakan penyalah-gunaan bahasa dan/ atau penyalahan relevansi.
Kesesatan merupakan bagian dari logika, dikenal juga sebagai fallacia/falaccy, dimana beberapa jenis kesesatan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis.Kesesatan terjadi karena dua hal:
1) Ketidak tepatan bahasa, pemilihan terminologi yang salah.
2) Ketidak tepatan relevansi,(1) Pemilihan premis yang tidak tepat; yaitu membuat premis dari proposisi yang salah (2) Proses kesimpulan premis yang caranya tidak tepat (3) premisnya tidak berhubungan dengan kesimpulan yang akan dicari.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa 3 bentuk pemikiran manusia adalah aktifitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.


E. Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk pemikiran kesimpulan secara deduktif dan tidak langsung yang mana kesimpulannya ditarik dari dua premis yang tersedia sekaligus. Dengan kata lain, silogisme adalah setiap penyimpulan, dimana dari dua premis disimpulkan suatu keputusan (konklusi). Dua premis yang dimaksud adalah premis mayor dan premis minor.
Ada dua macam silogisme, yaitu silogisme kategoris dan silogisme hipotesis. Silogisme kategoris adalah silogisme yang premis-premis dan konklusinya berupa kategoris. Contoh silogisme kategoris adalah sebagai berikut.
Setiap manusia dapat mati (premis mayor)
Ahmad adalah manusia (premis minor)
Jadi Ahmad dapat mati (kesimpulan)
Sedangkan silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan kondisional. Keputusan kondisional atau keputusan bersyarat adalah keputusan yang dinyatakan dengan pernyataan jika..., maka... sebagai contoh dalam pemakaian silogisme hipotesis ini ialah: ‘Jika hari hujidak pergi’.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar