BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Secara universal
kesulitan dalam membuat karya tulis ilmiah yang paling utama adalah bagaimana
cara penulis mengungkapkan ide, gagasan atau pikiran menjadi kalimat dalam
bahasa ilmiah. Kalimat dalam karya tulis ilmiah tidak dapat berdiri sendiri.
Akan tetapi saling terkait antara kalimat satu dengan kalimat yang lain.
Kemudian dari kalimat-kalimat tersebut digabungkan dalam bentuk paragraf yang
padu. Paragraf yang memberikan pembahasan yang efektif dan efisien serta memberikan
pemahaman bagi pembacanya.
Berdasar pada pendapat
seorang ahli, Uti Darmawati dan Anton Suprayanto paragraf merupakan bagian
dalam suatu karangan yang memiliki gagasan pokok. Dan menurut Arifin seorang
ahli bahasa bahwa paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan
suatu gagasan, dan topik pokok dari sebuah pembahasan[1]. Gagasan pokok merupakan
kalimat yang menjadi pokok permasalahan dalam paragraf selanjutnya diikuti
gagasan penjelas. Kalimat dalam paragraf harus runtut dan saling berkaitan.
Pengertian paragraf
secara luas adalah gabungan kalimat yang terdiri dari kalimat topik atau
kalimat utama dan kalimat-kalimat lain yang menjelaskan topik atau kalimat
utama. Kalimat topik merupakan kalimat utama yang mengandung gagasan pokok.
Sedangkan kalimat penjelas merupakan kalimat yang menjelaskan topik tersebut.
Kadang kala dalam kenyataannya tak jarang ditemukan alinea atau paragraf yang
hanya terdiri atas satu kalimat saja. Dan hal tersebut memang dimungkinkan. Namun
dalam pembahasan makalah kali ini¸ tipikal paragraf yang seperti itu dijadikan
sebagai pengecualian atau disingkirkan, karena dianggap kurang ideal. Selain
dari segi bentuk yang kuranmg ideal, jika ditelaah dari segi komposisi atau
penyusun paragrafnya, alinea semacam itu jarang dijumpai dalam bentuk karya
tulis ilmiah. Alinea sesederhana itu seringkali dipergunakan dalam karya tulis
sastra.
Agar karya tulis dapat
disajikan dengan menawan, maka penulis atau penyaji karya tulis harus menguasai
materi mengenai paragraf. Materi tersebut meliputi: pengertian, jenis jenis,
syarat pembuatan paragraf dan sebagainya. Berikut beberapa yang dapat
dijabarkan mengenai paragraf.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
paragraf?
2.
Apakah syarat,
fungsi, ciri-ciri dan jenis-jenis paragaraf?
3.
Apakah pengertian
penalaran dan jenis-jenisnya?
4.
Bagaimana
menentukan topic, mengembangkan topik dan menyimpulkan topic dalam sebuah
karangan?
C.
Tujuan
Rumusan Masalah
1.
Mengetahui
pengertian paragraph
2.
Mengertahui
syarat-syarat, fungsi, cirri-ciri dan jenis-jenis dalam sebuah paragraf.
3.
Mengetahui
pengertian penalaran dan jenis-jenisnya.
4.
Mengertahui
bagaimana cara menentukan, mengembangkan, dan menyimpulkan topik dalam sebuah
karangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea
ialah sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antar kalimat satu dengan
kalimat lainnya. Paragraf dapat disebut juga sebagai karangan singkat, hal ini
karena dalam bentuk tersebut penulis dapat menuangkan ide-ide sehingga
membentuk suatu topik pembicaraan yang baik dan benar.
Menurut salah satu pakar bahasa, yaitu Finoza (2007) mengartikan paragraf sebagai satuan bentuk bahasa yang merupakan gabungan dari beberapa kalimat[2]. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa kalimat, kalimat-kalimat itu merupakan kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas, serta kalimat penutup. Kalimat tersebut terangkai menjadi 1 kesatuan yang membentuk sebuah gagasan. Panjang pendeknya sebuah paragraf menjadi suatu penentu seberapa banyaknya ide pokok paragraf yang diungkapkan.
Dengan adanya sebuah paragraf, kita dapat membedakan yang mana gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kesusahan dalam membaca sebuah tulisan atau buku jika tidak ada paragraf, karena seolah-olah terasa disuruh untuk membaca secara terus menerus hingga selesai. Kita pun susah dalam memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lainnya.
Menurut salah satu pakar bahasa, yaitu Finoza (2007) mengartikan paragraf sebagai satuan bentuk bahasa yang merupakan gabungan dari beberapa kalimat[2]. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa kalimat, kalimat-kalimat itu merupakan kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas, serta kalimat penutup. Kalimat tersebut terangkai menjadi 1 kesatuan yang membentuk sebuah gagasan. Panjang pendeknya sebuah paragraf menjadi suatu penentu seberapa banyaknya ide pokok paragraf yang diungkapkan.
Dengan adanya sebuah paragraf, kita dapat membedakan yang mana gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kesusahan dalam membaca sebuah tulisan atau buku jika tidak ada paragraf, karena seolah-olah terasa disuruh untuk membaca secara terus menerus hingga selesai. Kita pun susah dalam memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lainnya.
Gagasan utama dapat
tersurat pada suatu kalimat ataupun tersirat pada keseluruhan paragraf. Kalimat
yang memuat gagasan utama dapat disebut sebagai kalimat utama yang dapat
terdapat di awal, akhir, ataupun di awal dan akhir paragraf. Selain itu,
paragraf juga merupakan bagian dari satuan bahasa yang lebih besar disebut
wacana. Suatu wacana umumnya dibentuk dengan lebih dari satu paragraf.
B.
Syarat-Syarat Paragraf
Paragraf yang baik ialah
paragraf yang dapat menyampaikan pikiran dengan baik kepada para pembaca.
Adapun syarat dari sebuah paragraf yaitu: mempunyai kesatuan, kepaduan dan
kelengkapan.
1.
Kesatuan
Kesatuan yaitu sebuah paragraf harus dapat dibangun dengan
satu pikiran yang jelas. Pikiran tersebut dijabarkan ke dalam bentuk pikiran
pokok serta beberapa pikiran jelas. Hubungan pikran satu dengan pikiran lainnya
mengindikasikan bahwa paragraf tersebut mempunyai kesatuan.
2.
Kepaduan
Kepaduan terwujud dari adanya hubungan kompak pada
antarkalimat pembentuk paragraf. Kepaduan yang baik dapat terjadi apabila
terdapat hubungan timbal balik antara kalimat wajar serta dapat dengan mudah
dipahami. Ada berbagai cara agar paragraf mempunyai kepaduan yang kompak, yaitu
dengan memakai kata ganti, kata penghubung, dan perincian, serta urutan
pikiran.
3.
Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan sudah lengkap apabila
terdapat beberapa kalimat penjelas yang dapat menunjang kalimat pokok.
C.
Ciri-Ciri Paragraf Ada Empat, yaitu :
1.
Peletakan kata dalam
kalimat pertama ke dalam sebanyak 5 spasi bagi jenis karangan yang biasa.
2.
Menggunakan pikiran utama yang dinyatakan
dalam kalimat utama atau kalimat topik.
3.
Setiap paragraf menggunakan suatu kalimat
topik dan selebihnya adalah sebuah kalimat pengembang yang memiliki fungsi
untuk menjelaskan, mendeskripsikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada
dalam kalimat utama.
4.
Menggunakan pikiran penjelas yang
dituangkan dalam kalimat penjelas. Kalimat penjelas tersebut mempunyai isi
tentang detail-detail dari kalimat utama. Paragraf bukanlah sekumpulan dari
kalimat topik. Paragraf hanya berisikan 1 kalimat topik dan terdapat beberapa
kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas tersebut berisi tentang detail yang
spesifik dan tidak mengulang pikiran penjelas yang lainnya.
D.
Fungsi-fungsi
paragraf ada lima[3]
yaitu :
1.
Dapat mengekspresikan gagasan yang
dituangkan dalam tulisan dengan memberikan bentuk sebuah pikiran dan perasaan
ke dalam rangkaian kalimat yang tersusun dengan logis dalam suatu kesatuan.
2.
Menandai peralihan gagasan baru untuk
sebuah karangan yang terdapat beberapa paragraf, ganti paragraf dapat berarti
juga ganti pikiran.
3.
Memudahkan pengorganisasian gagasan untuk
yang menulis serta memudahkan dalam pemahaman bagi pembaca.
4.
Memudahkan pengembangan topik sebuah
karangan ke dalam satuan unit pemikiran yang lebih kecil.
5.
Memudahkan pengendalian variabel, terlebih
pada suatu karangan yang mempunyai beberapa variabel.
E.
Jenis-jenis
paragaraf
Paragraf dibagi menjadi
beberapa macam dan bentuknya. Pertama dibagi berdasarkan letak kalimat topik
atau kalimat utama, kemudian berdasarkan sifat isinya atau bentuk
pengembangannya dan berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan[4].
1.
Pembagian paragraf
berdasarkan pada letak kalimat topik
dapat dibagi :
a.
Paragraf deduksi
Kalimat topik pada awal
paragraf pada umumnya berisi pikiran utama yang bersifat umum. Kalimat
selanjutnya berisi kalimat pikiran penjelas. Isi kalimat ini berupa: penjelas,
uraian, analis, contoh-contoh, keterangan, atau rincian topik.
Contoh paragraf deduksi:
Pemuda warga desa
Tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib.
Sebelumnya, banyak anak sekolah yang dibiarkan di luar rumah, dan hanya duduk
duduk di pinggir jalan pada saat jam jam belajar. Para pemuda mulai mendatangi
orang tua dan memberi pengertian pentingnya belajar bagi anak anak mereka.
Apabila warga menemukan anak-anak mereka sedang kumpul - kumpul di pinggir
jalan pada saat jam belajar, mereka akan diperingatkan dan diajak untuk belajar
bersama. Jam belajar masyarakat dimulai pukul 18.00 sampai pukul 20.00.Kalimat
utama dalam paragraf di atas adalah kalimat yang pertama yaitu , Pemuda
warga desa tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan
tertib.
b.
Paragraf induksi
Paragraf diakhiri kalimat
topik dan diawali kalimat penjelas. Artinya paragraf ini menyajikan kasus
khusus, contoh, penjelasan, keterangan, atau analisis lebih dahulu, barulah
ditutup dengan kalimat topik. Dengan demikian paragraf ini menggunakan
penalaran induktif.
Contoh paragraf induksi:
Asap rokok sangat
berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini dikarenakan asap rokok
mengandung zat-zat beracun, seperti karbon monoksida. Selain itu, di dalam
batang rokok juga ditemukan berbagai macam racun yang sangat berbahaya,
diantaranya adalah nikotin, merkuri, bahkan ada juga bahan racun yang sejatinya
digunakan sebagai bahan baku roket. Apabila zat-zat beracun ini terhirup dan
masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan membuat kerusakan
pada bagian paru-paru bahkan menyebabkan kematian. Terlebih
lagi, rokok juga memiliki zat lain yang tak kalah mengerikan, yaitu, Tar. Bahan
ini merupakan abu sisa pembakaran rokok. Jika Tar masuk ke dalam tubuh manusia,
maka akan menyebabkan penyakit yang disebut dengan kanker paru-paru. Oleh
karena itu, rokok sangat membahayakan kesehatan manusia bahkan bisa
juga menyebabkan kematian.
c.
Paragraf kombinasi
Kalimat topik dalam
sebuah paragraf pada hakikatnya hanya satu. Penempatan kalimat topik yang kedua
berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran utama kalimat tersebut. Namun
demikian, penempatan kalimat topik pada awal dan akhir paragraf berpengaruh
pada penalaran. Kalimat topik pada awal paragraf menimbulkan sifat deduktif,
pada akhir bersifat induktif, pada awal dan akhir menyebabkan paragraf bersifat
deduktif-induktif.
Contoh paragraf
kombinasi:
Saat ini mencari
pekerjaan sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan minimnya jumlah lapangan
pekerjaan dibandingkan dengan jumlah para pencari kerja. Jumlah orang-orang
yang mencari kerja ini meningkat setiap tahunnya akibat dari meledaknya jumlah
penduduk, sayang
d.
Paragraf penuh
Paragraf penuh maksudnya paragraf
penuh dengan kalimat topik, seluruh kalimat yang membangun paragraf sama
pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik.
Paragraf ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan
naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh:
Tiang bendera yang
berdiri tegak di pinggir lapangan upacara itu terbuat dari besi. Tinggi tiang
itu sekitar 7 meter. Tiang tersebut dicat putih. Di ujung tiang terlihat sang
merah putih berkibar. Bendera tersebut baru saja dikibarkan pada upacara Senin
pagi.
2.
Pembagian paragraf
berdasarkan pada sifat isinya atau bentuk pengembangannya :
a.
Paragraf argumentasi
Merupakan salah satu
bentuk paragraf yang berisi gagasan, pikiran, atau pendapat dengan membahas
suatu masalah yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau meyakinkan pihak
lain dengan argumen-argumen yang disajikan secara logis dan dan obyektif.
Dengan menunjukkan kebenaran ilmiah berdasarkan data atau bukti dan fakta.
Paragraf ini dipakai dalam karya ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi.
Contoh paragraf
argumentasi
Saat ini sampah
berserakan di mana – mana. Hal ini bisa kita lihat di sekeliling kita. Sampah –
sampah tersebut biasanya berasal dari orang – orang yang tidak bertanggung
jawab dan malas membuang sampah pada tempatnya. Sampah – sampah yang berkumpul
itu menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mencemarkan udara. Selain itu,
tumpukan sampah tersebut menjadi sarang berbagai macam penyakit yang sangat
berbahaya. Sumber penyakit tersebut akan terbawa dengan udara sehingga akan
terhirup oleh kita. Akibatnya, kita akan menjadi sakit dan tentunya juga akan
menular kepada orang lain yang menghirup udara yang sama tersebut.
b.
Paragraf persuasi
Paragraf yang isinya
berupa ajakan dengan mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau
mengajak pembaca. Tujuan utamanya adalah membujuk, merayu, mengajak dan
meyakinkan pihak lain untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara. Bentuk tulisan yang menggunakan paragraf ini antara lain iklan di
majalah, surat kabar, radio selebaran, kampanye dan sebagainya.
Contoh paragraf persuasi:
Rumah yang menjadi tempat
tinggal kita bersama keluarga adalah tempat yang paling memiliki peran penting
bagi kita. Bagaimana tidak? Di sanalah kita bersama Ayah, ibu, adik, kakak, dan
keluarga lainnya berkumpul. Di rumahlah kita memiliki waktu terbanyak untuk
bercengkerama dengan keluarga. Agar selalu nyaman bersama keluarga, rumah
haruslah selalu bersih dan sedap dipandang. Oleh karena itu, janganlah kita
malas untuk selalu membersihkan rumah setiap hari.
c.
Paragraf deskripsi
Merupakan paragragraf
yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa tentang suatu hal atau
peristiwa secara obyektif. Dengan harapan pembaca seolah-olah melihat keadaan
dan peristiwa tersebut secara langsung. Paragraf deskripsi biasanya digunakan
dalam karya sastra dan biografi seseorang.
Contoh paragraf
deskripsi:
Kali kecil di depan rumah
temanku terlihat sangat kotor. Warna airnya hitam pekat dan berminyak. Di
pinggir kali, tampak pula tumpukan sampah yang umumnya berupa kantong plastik
dan botol plastik bekas. Kotoran-kotoran itu terlihat menghambat laju air
mengalir dan membuat air tergenang. Dari genangan air itu, tercium bau busuk
yang menyengat hidung.
d.
Paragraf eksposisi
Merupakan paragraf yang
memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu yang berisi pemaparan pikiran
atau pendapat dengan harapan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan dan
pandangan orang lain. Bentuk paragraf ini biasa dipakai untuk memaparkan cara
membuat sesuatu, cara menggunakan sesuatu, cara kerja sebuah mesin, cara
mengonsumsi obat-obatan dan sebagainya.
Contoh paragraf
eksposisi:
Kekuatan persaudaraan
sangatlah kuat. Kekuatan yang dimiliki persaudaran sama halnya dengan sebuah
sapu lidi. Sapu lidi yang terikat dengan baik dengan lidi lidi yang dimilikinya
akan memiliki ketahanan yang sangat kuat. Sama halnya dengan kekuatan
persaudaran yang tidak akan goyah bila mereka semua saling terikat dan tidak
tercerai berai. Sama halnya dengan sapu lidi yang tercerai berai hingga tinggal
lidi lidinya saja yang sangat lemah dan mudah patah, kekuatan persaudaran pun
akan seperti itu, bila mereka tercerai berai, mereka akan lemah dan bahkan
menjadi kelemahan buat mereka. Oleh karena itulah, jagalah persaudaran kalian
dengan erat dan jangan biarkan dia melonggar.
e.
Paragraf narasi
Merupakan paragraf yang
menuturkan rangkaian peristiwa atau keadaan yang dikaitkan dengan kurun waktu
tertentu dalam bentuk penceritaan. Sehingga narasi lebih dikenal dengan cerita
yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang obyektif maupun
imajenatif. Bentuk paragraf ini biasanya digunakan dalam bentuk riwayat hidup,
novel, cerpen dan roman.
Contoh paragraf narasi:
Di sebuah hutan, hiduplah
2 orang anak kembar yatim-piatu yang bernama Safira dan Safria. mereka tinggal
di sebuah gubuk dan keseharian mereka selalu berburu binatang untuk dimakan.
Setelah beberapa lama kemudian, kedua anak tersebut ditemukan oleh saudagar
kaya yang kebetulan sedang ingin berburu juga. Safira dan Safria pun di bawa ke
rumah sang saudagar dan dijadikan sebagai aanak angkatnya.
3.
Pembagian paragraf
berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan
a.
Paragraf pembuka
Merupakan paragraf yang
berfungsi sebagai pengantar menuju masalah yang akan dijelaskan atau
dibicarakan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan paragraf pembuka
harus dapat difungsikan untuk mengantar pokok pembicaraan, menarik minat dan
perhatian pembaca, menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi
seluruh karangan.
Paragraf pembuka harus
disajikan dalam bentuk yang menawan pembaca. Untuk itu bentuk-bentuk berikut
ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, Yaitu:
1)
Kutipan, peribahasa,
anekdot
2) Uraian
mengenai pokok pembicaraan
3) Sesuatu
tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang
4) Uraian
mengenai maksud dan tujuan penulis
5) Uraian
tentang pengalaman pribadi
6) Sebuah
pertanyaan
7) Memberikan
latar belakang, suasana atau watak
8) Melukiskan
sejarah atau riwayat hidup seseorang
9) Membuka
karangan dengan satu definisi istilah
10) Memulai
karangan dengan percakapan yang menarik
11) menyentak
pembaca dengan suatu pertanyaan
12)
memberikan ringakasan isi
karangan
contoh paragraf pembuka:
Saudara mengira sudah
menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal, belum tentu. Pernahkah Saudara
naik jembatan penyeberangan kalau melintas di jalan? Mungkin tak pernah sama
sekali. Saudara tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.
b.
Paragraf penghubung atau
pengembang
Merupakan paragraf yang
bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang telah
dirumuskandalam paragraf pembuka yang berisi contoh-contoh dalam ilustrasi inti
permasalahan dan uraian permasalahan.
Paragraf pengembang dalam
karangan dapat difungsikan untuk:
1) mengemukakan
inti persoalan
2) memberi
ilustrasi dan contoh
3) menjelaskan
hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4) meringkas
paragraf sebelumnya
5) mempersiapkan
dasar atau landasan bagi simpulan
contoh paragraf
pengembang:
Tiba-tiba dari kamar
dekat dapur terdengar suara tangisan seorang wanita, semua anak muda itu pun kaget.
Kobil dan Jamal berniat untuk menyelidikinya. Sesampainya di depan kamar dekat
dapur itu, suaranya semakin keras terdengar. Tiba-tiba nenek penghuni rumah tua
itu muncul di belakang mereka dan tangisan seorang cewek itu pun menghilang.
c.
Paragraf penutup
Merupakan paragraf yang
berfungsi untuk mengakhiri bagian karangan (sub bab, bab) atau seluruh
karangan. Paragraf ini berisi simpulan yang dipaparkan dalam
paeagrafpenghubung, tetapi dapat juga berisi penegasan kembali tentang maksud
penulis dalam paragraf penghubung.
Penyajian paragraf
penutup untuk mengakhiri karangan bagian karangan bagian akhir harus
memperhatikan:
1)
sebagai bahan penutup,
paragraf ini tidak boleh terlalu panjang, untuk menyeimbangkan antaraparagraf
pembuka, penghubung dan penutup
2) isi
paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan sementsrs atau simpulan
akhir sebagai cerminan inti uraian.
3) hendaknya
paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.
Contoh paragraf penutup:
Demikian proposal yang
kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME
serta bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima
kasih.
F.
Teknik atau pola pengembangkan paragraf
Yang dimaksud dengan pola
pengembangan paragraf ialah cara penulisan yang merangkai informasi yang
dihimpunnya menurut kerangka dan runtutan tertentu, dimana informasi dituangkan
dalam kalimat kemudian kalimat dirangkai secara berurutan dengan wajar dan
tertip serta sesuai dengan pola atau teknik pengembangan paragraf[5].
Di dalam sebuah paragraf,
biasanya terdapat lebih dari satu pola susunan pernyataan atau rincian. Dalam
pola pengembangan paragraf terdapat Sembilan pola pengembangan yang sering
dilakukan oleh seorang penulis[6], yaitu :
1.
Pola alamiah,
yakni pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada urutan ruang dan waktu (kronologis). Penyampaian informasi ini
dilakukan secara runtut dengan harapan dapat membantu memudahkan pemahaman
pembaca.
Contohnya : cara menggunakan kosmetik Mawar Terurai
untuk memelihara kesehatan rambut yang tersusun dengan runtuta waktu.
“Cara merawat kesehatan rambut dengan kosmetik Mawar
Terurai sangat mudah. Mula-mula keramaslah dengan sempurna. Ambillah sedikit
Mawar Terurai, lalu usapkanlah pada rambut dengan lembut dan perlahan seta
diamkan sebentar. Selanjutnya bilaslah rambut sampai bersih, keringkan dan
akhirnya tatalah”.
Biasanya urutan langkah itu ditandai dengan ‘rambu’
yang menyatakan runtutan waktu dan ruang, seperti : pertama, mula-mula,
kemudian, sesudah itu, selanjutnya, setelah itu dll[7].
2.
Pola klimaks dan
anti klimaks. Pola klimaks yakni teknik pengembangan paragraf yang dimulai dari
hal yang kurang penting menuju ke hal yang sangat penting, sedangkan pola
anti-klimaks yakni teknik pengembangan paragraf yang dimulai dari informasi
yang sangat penting menuju informasi yang kurang penting.
Berikut ini contoh paragraf dengan pola klimaks :
“Dengan zakat, tidak akan muncul kecemburuan sosial
antara yang kaya dengan yang miskin. Selain itu, zakat dapat menciptakan
hubungan kasih sayang, dan dapat menghilangkan rasa saling benci diantara
sesame. Membayar zakat wajib hukumnya bagi mereka yang sudah mampu.
Sedangkan contoh paragraf dengan pola anti-klimaks
adalah :
“Membayar zakat wajib hukumnya bagi mereka yang sudah
mampu. Dengan zakat, tidak akan muncul kecemburuan sosial antara yang kaya
dengan yang miskin. Selain itu, zakat dapat menciptakan hubungan kasih sayang,
dan dapat menghilangkan rasa saling benci diantara sesama”[8].
3.
Pola Deduksi (umum-khusus) dan Induksi (khusus umum). Pengembangan
paragraf dengan model
Deduksi dimulai dari
sesuatu gagsan yang sifatnya umum dan diikuti dengan perincian-perincian yang
sifatnya khusus dan terperinci. Sebaliknya yang dimaksud dengan pengembangan
paragraf dalam model induksi
adalah pengembangan yan dimulai dari hal-hal yang sifatnya khusus, mendetail,
terperinci, menuju ke hal-hal yang sifatnya umum.
Contoh paragraf Deduktif (letak kalimat utama diawal)
:
“(1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan. (2)
Ciptaan Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini adalah manusia. (3) Manusia
diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya. (4) Akan tetapi,
tidak diizinkan menyiksa, mengabaikan, dan menyia-nyiakan”.
Contoh
paragraph Induktif (letak kalimat utama diakhir)
“(1)
Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong bahkan hendak diubah dan
dipecah-pecah. (2) Namun, setiap usaha yang hendak mengubah, merongrong, dan
memecah-mecah itu ternyata gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan
cara yang teliti dan matang, semuanya dapat dihancurleburkan. (4) Oleh karena
itu menegaskan bahwa Pancasila benar-benar sakti, tidak dapat diubah dan
dipecah-pecah”.
4.
Pola perbandingan dan
pertentangan, yakni teknik pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara membandingkan
dan mepertentangkannya sehingga menunjukkan persamaan danperbedaan antara kedua
hal.
Contoh
pola perbandingan da pertentangan :
“Watak
dan nasib para tokoh wayang sudah ditentukan oleh dalang, ada yang ditentukan
berwatak jahat dan ada yang berwatak baik. Dalang memainkan wayang menurut
keinginannya. Bahkan setiap gerakan gerakan para wayang itu ditentukan oleh
dayang”
“Banyak
orang yang berpendapat bahwa kita seperti wayang , ada yang menguasai kita, ada
yang menggerakkan setiap gerak kita, dan kita harus pasrah pada apa yang
terjadi pada diri kita. Benarkah demikian? Jelas pendapat ini tidak sepenunya
benar, kita adalah manusia bukan wayang. Jadi kita bebas menentukan apa yang
kita lakukan”.
5.
Pola analogi,
yakni pola pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara membandingkan atau
menyamakan sesuatu yang sudah dikenal dengan sesuatu yang kurang dikenal, akan
tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.
Contohnya : “ Manusia dan tumbuhan adalah sama-sama
makhluk ciptaan tuhan. Bedanya manusia adalah mahluk yang dikarunia akal
sedangkan tumbuhan tidak. Dengan akal budi manusia dapat membedakan hal yang
baik dan buruk. Akan tetapi tidak dengan tumbuhan. Tumbuhan adalah mahluk
ciptaan Allah yang tidak berakal… (diuraikan dengan detail, sehingga penjelasan
tentang tumbuhan mendominasi isi karangan)”.[9]
6.
Pola contoh-contoh
(Generalisasi), yakni pola pengembangan paragraph yang dilakukan dengan cara
menyajikan hal-hal konkret (contoh-contoh) yang dapat memberikan bukti
(penjelasan) secara lebih umum kepada pembaca. Contohnya sebagai berikut :
“Hewan yang umumnya tergolong buas umumnya bertaring
dan berkuku tajam. Sebagai contoh harimau yang memiliki kuku tajam dan
bertaring. Begitupula srigala, hewan ini juga tergolong buas karena memang
mempunayi taring dan kuku yang tajam”.
7.
Pola sebab akibat,
yakni teknik pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara menjadikan sebab
sebagai ide pokok, sementara akibat sebagai penjelas. Contohnya adalah : “Dia
adalah mahasiswa yang malas belajar (sebab), oleh karena itu dia tidak dapat
mengerjakan tugasnya (akibat 1) dan dinilai kurang baik oleh gurunya (akibat 2)
sehingga nilainya rendah (akibat 3)”.
8.
Pola definisi
luas, yakni pola pengembangan paragraf yang didalamnya berisi pemberian
penjelasan tentang sesuatu dengan kalimat untuk memperjelas definisi. Contohnya
adalah “Perbuatan wajib adalah perbuatan yang jika dilaksanakan mendapat pahala
dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Ada tiga jenis perbuatan antara perintah
dan laranga n yaitu : sunnah, mubah, dan makruh. Perbuatan mubah adalah…..(dan
seterusnya hingga tuntas dan terperinci)”[10].
9.
Pola Klasifikasi yaitu
pola pengembangan paragraph yang dilakukan dengan cara mengelompokkan hal-hal
yang sama untuk memperjelas kalimat utama. Contoh “harimau tergolong hewan yang
buas karena bertaring dan mempunyai kuku tajam, begitupula singa yang memiliki
gigi taring dan kuku tajam. Dengan demikian hewan yang bertaring dan berkuku
tajam tergolong hewan buas”.
G.
Pengertian penalaran dan jenis-jenisnya
1.
Pengertian
Menulis merupakan proses
bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir,
menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat
selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir.
Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita
timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini
mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya
melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam
urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu
kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian penalaran adalah :
a.
Proses berpikir logis,
sistematis, terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan.
b.
Menghubung-hubungkan
fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
c.
Proses menganalisis suatu
topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare.
d.
Dalam karangan terdiri
dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau
menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai
menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan.
e.
Pembahasan suatu masalah
sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru
2. Metode
penalaran ada dua macam yaitu :
a. Penalaran
Induktif,
yaitu adalah proses
berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum
berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran
Induktif:
Di dalam penalaran induktif terdapat tiga
bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.
1)
Generalisasi
Proses
penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu
untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh
generalisasi :
Jika ada udara, manusia
akan hidup.
Jika ada udara, hewan
akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan
akan hidup.
Jadi, jika ada udara
mahkluk hidup akan hidup.
2)
Analogi
Cara
penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang
sama.
Contoh analogi :
Nina adalah lulusan
Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan
Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat
menjalankan tugasnya dengan baik
3)
Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh
dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam
hubungan kausal :
a. Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu
mengakibatkan timbulnya banjir.
b. Akibat – Sebab.
Andika
tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c. Akibat – Akibat.
Ibu
mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di
rumah basah.
b. Penalaran
Deduktif,
Penalaran deduktif yaitu
adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untukmenarik
kesimpulan. Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam-macam silogisme,
yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan
silogisme entimen.
1)
Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis
minor.
Silogisme kategorial
terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis
Mayor (My)
Premis khusus remis Minor
(Mn)
Premis simpulan : Premis
Kesimpulan (K)
Dalam
simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat
simpulan disebut term minor.
Contoh silogisme
Kategorial:
My : Semua mahasiswa
adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah
mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
2)
Silogisme Hipotesis
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional
hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga
menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air,
manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan
kehausan.
3)
Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri
atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
My : Nenek Sumi berada di
Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di
Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi
tidak berada di Bogor.
4)
Silogisme Entimen
Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
(a).
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
(b)
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima
hadiahnya. namun silogisme kategorial dapat dibedakan menjadi dua saja, yaitu
silogisme kategorial dan silogisme tersusun.
H.
Cara-cara membuat karangan dengan baik, dan benar
dalam aturan.
1. Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan.
Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau tema yang menjadi kesenangan Anda. Hal ini akan sangat membatu untuk mengembangkan karangan untuk dapat menghasilkan karya yag baik.
Setelah mendaptkan tema, tentukan juga judul karangan yang akan dibuat. Usahakan membuat judul yang singkat dan menarik pembaca untuk membaca karangan tersebut agar tidak mudah bosan atau jenuh.
2. Mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber terpecaya.
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain. Catatlah semua topik untuk memudahkan penseleksian bahan atau topik.
3. Menseleksi bahan-bahan yang telah ada agar teepercaya dan baik
Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan penting. Hindari membahas topik-topik yang tidak penting untuk di bahas yang membuat karangan tidak menarik.
4. Mengembangkan kerangka karangan sesuai permasalahan dengan baik.
Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.
1. Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan.
Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau tema yang menjadi kesenangan Anda. Hal ini akan sangat membatu untuk mengembangkan karangan untuk dapat menghasilkan karya yag baik.
Setelah mendaptkan tema, tentukan juga judul karangan yang akan dibuat. Usahakan membuat judul yang singkat dan menarik pembaca untuk membaca karangan tersebut agar tidak mudah bosan atau jenuh.
2. Mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber terpecaya.
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain. Catatlah semua topik untuk memudahkan penseleksian bahan atau topik.
3. Menseleksi bahan-bahan yang telah ada agar teepercaya dan baik
Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan penting. Hindari membahas topik-topik yang tidak penting untuk di bahas yang membuat karangan tidak menarik.
4. Mengembangkan kerangka karangan sesuai permasalahan dengan baik.
Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Paragraf atau alenia ialah sekumpulan kalimat yang saling
berkaitan antar kalimat satu dengan kalimat lainnya. Paragraf dapat disebut
juga sebagai karangan singkat, hal ini karena dalam bentuk tersebut penulis
dapat menuangkan ide-ide sehingga membentuk suatu topik pembicaraan yang sesuai
dengan syarat, fungsi dan tujuan tertentu yang sesuai dengan tata aturan dalam
kaidah bahasa Indonesia.
Dalam paragraf , jenis paragraf terbagi menjadi tiga macam. Pertama dibagi berdasarkan letak kalimat topik atau kalimat utama, kemudian berdasarkan sifat isinya atau bentuk pengembangannya dan berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan
Dalam paragraf , jenis paragraf terbagi menjadi tiga macam. Pertama dibagi berdasarkan letak kalimat topik atau kalimat utama, kemudian berdasarkan sifat isinya atau bentuk pengembangannya dan berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan
Penalaran adalah
merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik
kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya
kepada orang lain.
Dimana penalaran dibagi
dua macam yaitu penalaran induktif dan deduktif. Kedua jenis penalaran tersebut
mempunyai maksud dan Silogisme yang berbeda. penalaran deduktif adalah proses
penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau
universal.sedangkan penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat khusus. Oleh karena itu dalam pembuatan karangan
ilmiah haruslah menggunakan cara-cara diatas agar pembaca mengerti tentang isi
yang ada dalam buku.
[1] M. Zubad Nurul Yaqin, Bahasa Indonesia Keilmuan, (Bandung:
Dzikra, 2007), hlm 57
[2] M. Zubad Nurul Yaqin, Bahasa Indonesia Keilmuan, (Bandung:
Dzikra, 2007), hlm 57
[3] Siti Aniyat Maimunah, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
(Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011), hlm. 33
[5]
Adjat Sakti, Bangun Paragraf Bahasa
Indonesia, (Bandung:ITB, 2002), hlm 11
[6] M. Zubad Nurul Yaqin, Bahasa Indonesia Keilmuan, (Bandung:
Dzikra, 2007), hlm 65
[7]
Adjat Sakti, Bangun Paragraf Bahasa
Indonesia, (Bandung:ITB, 2002), hlm 14
[8] M. Zubad Nurul Yaqin, Bahasa Indonesia Keilmuan, (Bandung:
Dzikra, 2007), hlm 66
Tidak ada komentar:
Posting Komentar