BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak anak manusia pertama lahir, orang tua telah berusaha
mendidik anak-anaknya, walaupun usaha pendidkan yang dilakukannya dengan cara
yang sangat sederhana sesuai dengan skala peradabannya. Hal ini dilakukan
karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan
fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai kedewasaan
pola pikir dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam ilmu pendidikan perlu
dipelajari tentang psikologi pendidikan.
Psikologi pendidikan
merupakan subdisplin dari psikologi secara umum. Dalam
perkembangannya membuat psikologi pendidikan menjadi populer untuk
diteliti sehingga menjadi subdisplin ilmu tersendiri. Tetapi tidak mengurangi
hakikat psikologi itu sendiri, hanya saja psikologi tersebut diarahkan kepada
proses pendidikan.
Psikologi pendidikan adalah sebuah
disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia
pendidikan. Yang artinya adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses
pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip –
prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Tinjauan dari segi sejarah menunjukan bahwa
perkembangan psikologi pendidikan semakin marak dipelajari dan diteliti
diberbagai belahan dunia dan menjadi materi studi dalam perkuliahan.
Dengan
mempelajari psikolgi pendidikan diharapakan seorang pendidik mampu untuk mangatasi problematika dalam dunia
pendidikan terhadap peserta didik secara psikologis.
Selain itu mampu menciptakan suasana kondusif,nyaman dalam kegiatan belajar
mengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Psikologi Pendidikan?
2. Bagaimana sejarah perjalanan Psikologi Pendidikan?
3. Apa ruang Lingkup Psikologi Pendidikan?
4.
Bagaimana Peran Psikologi
Pendidikan dalam Pembelajaran?
5.
Apa saja metode-metode
penelitian Psikologi Pendidikan?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Psikologi Pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perjalanan Psikologi Pendidikan.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup Psikologi Pendidikan.
4. Untuk mengetahui peran Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran.
5. Untuk mengetahuin metode-metode penelitian Psikologi Pendidikan.
BAB II
ISI
A. Definisi Psikologi Pendidikan
Istilah psikologi
pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah frasa yang terdiri atas dua suku
kata, yaitu psikologi dan pendidikan. Oleh sebab itu, untuk memahami pengertian
psikologi pendidikan terlebih dahulu perlu dipahami pengertian psikologi dan
pengertian pendidikan secara terpisah.
1. Pengertian Psikologi
Kata psikologi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang
berarti ilmu. Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu jiwa tersebut dianggap
terlalu abstrak dan kurang ilmiah sehingga istilah psikologi sebagai ilmu jiwa
mulai ditinggalkan. Sejak saat itu, psikologi dipahami sebagai sebuah ilmu
pengetahuan yang tidak lagi mempelajari tentang jiwa yang terlihat dan terukur.
Sejak saat itu, gejala-gejala kejiwaan tersebut dikenal dengan gejala-gejala
psikologis atau psikis. Beberapa ahli
mempelajari jiwa atau psikis dan gejala-gejala yang diakibatkan oleh keberadaan
psikis tersebut. Dimyati Mahmud (1989) menjelaskan bahwa manusia
menghayati kehidupan kejiwaan berupa kegiatan berfikir., berfantasi, mengingat,
sugestif, sedih dan senang, berkemauan dan sebagainya. Yang termasuk dalam
gejala kejiwaan adalah gejala pengenalan (kognisi), gejala perasaan (emosi),
gejala kehendak (konasi), dan geiala campuran (kombinasi).
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata
didik, mendidik berarti memelihara dan membentuk latihan. Dalam
kamus besar Bahasa Indoneia (1991) Pendidikan diartikan sebagai proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
Poerbakawatja dan Harahap dalam Muhibbin
Syah (2001) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sengaja dari
orang dewasa untuk meningkatkan kedewasaan yang selalu
diartikan sebagai kemampuan untuk bertanggung jawab
terhadap segala perbuatannya.
Dari definisi-definisi tersebut diatas
dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan
secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara
individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi
pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai
organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana
siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti
berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat .
Whiterington
(1978) mendefinisikan psikologi pendidikan
sebagai studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan manusia.
Sumadi Suryabrata (1984)
mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai pengetahuan psikologi mengenai anak
didik dalam situasi pendidikan.
Elliot dkk.(1999)
menyatakan bahwa psikologi pendidikan merupakan penerapan teori-teori psikologi
untuk mempelajari perkembangan, belajar, motivasi, pengajaran dan permasalahan
yang muncul dalam dunia pendidikan.
Dari berbagai definisi tersebut di atas
penulis menyimpulkan bahwa psikologi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari
penerapan teori-teori psikologi dalam bidang pendidikan. Dalam psikologi
pendidikan dibahas berbagai tingkah laku yang muncul dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
B. Sejarah Psikologi Pendidikan
Sejarah khusus yang mengungkapkan secara
cermat dan luas tentang psikologi pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih
perlu dicari. Hal ini terbukti karena kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan
“Riwayat hidup” psikologi pendidikan masih sangat langka. Karya tulis yang
membahas riwayat psikologi yang ada sekarang pada umumnya membahas pelbagai
psikologi yang dicampur aduk menjadi satu, sehingga menyulitkan idntifikasi
terhadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik.
Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan
dengan psikologi pendidikan konon pernah dilakukan alakadarnya oleh beberapa
orang ahli seperti Boring dan Murphi pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957,
tetapi terbatas untuk psikologi pendidikan yang berkembang diwilayah
inggris (David, 1972). Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan yang mereka
tulis itu tidak dapat kita jadikan acuan bukan karena keterbatasan wilayah
pengembangan saja, melainkan juga telah kadaluarsanya karya-karya tulis
tersebut.
Kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa
penggunaan psikologi dalam dunia pendidikan sudah berlangsung sejak zaman
dahulu. Meskipun istilah W.J.S. Purwadarminta (Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 2001. Hal.267)
psikologi pendidikan sendiri pada masa awal perkembangannya, pemanfaatannya
belum dikenal orang. Namun, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi,
akhirnya lahir dan berkembanglah scara resmi (entah tahun berapa) sebuah cabang
khusus psikologi yang disebut psikologi pendidikan. Menurut David (1972) pada
umumnya para ahli memandang bahwa Johan Friedrich Herbart adalah bapak
psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin
sempalan psikologi lainnya itu.
Herbart adalah seorang filsuf dan pengaran
kenamaan yang lahir di Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29
tahun ia menjadi dosen filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada
tahun 1809 ketika ia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg
sampai tahun 1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841.
Nama Herbart kemudian diabadikan sebagai nama
sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun 1820-an. Konsep
utama pemikiran Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah
istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki
individu. Dalam pandangan Herbart , proses belajar atau memahami sesuatu
bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide
baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep ini sampai sekarang masih
digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni yang kita kenal dengan
istilah apersepsi sebagai salah satu tahapan dalam belajar mengajar (lihat Bab
8 Subbab E).
Aliran pemikiran Herbartianisme, menurut
Rebert (1988), adalah pendahulu pemikiran psikoanalisis Freud dan berpengaruh
besar terhadap pemikiran psikologi eksperimental Wundt. Ia juga dianggap
sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan gaya baru yang pengaruhnya masih
terasa hingga sekarang.
Buku Pedagogics (ilmu mengajar) adalah
karyanya yang dianggap monumental, “sesuatu yang agung”. Karya besar lainnya
yang berhubungan dengan psikologi pendidikan, Application of Fsichology
to the Scienc of Education (penerapan psikologi untuk ilmu pendidikan).
Sebagai catatan lengkap mengeni ilmuwan besar
yang berpengaruh tersebut, penyusun kutipkan sebagian pandangannya yang
berhubungan dengan pendidikan, yaitu: ... regard history the most
potent to study in developing child character, next to it the classes (David,
1972). Dalam pandangan Herbart, mata pelajaran yang paling jitu
untuk mengembangkan watak anak adalah sejarang. Kemudian untuk pengajaran
selanjutnya adalah ilmu-ilmu alam, dan sebagai pelajaran akhir yang perlu
diberikan kepada anak adalah bidang-bidang studi formal seperti, membaca,
menulis, dan berhitung.
Selanjutnya psikologi pendidikan lebih pesat
berkembang di Amerika Serikat, meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa.
Kemudian, dari negara adidaya tersebut menyebar keseluruh benua hingga sampai
ke Indonesia. Meskipun perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap
tidak seberapa, kenyataannya psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh
perkembangan psikologi pengajaran dan didaksologi seperti yang telah penyusun
singgung dimuka. Salah satu bukti masih dipakai dan dikembangkannya psikologi
tersebut di Eropa, khususnya di Inggris adalah masih diterbitkannya sebuah
jurnal Internasional yang bernama British Journal of Educational
Psychology.
Sekarang, semakin dewasa usia psikologi
pendidikan, semakin banyak pakar psikologi dan pendidikan untuk
mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas psikologi
dan fakultas pendidikan di universitas-universitas terkenal di dunia yang
membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan
fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Sayang, di negara kita jurusan
psikologi pendidikan-yang biasanya di gabungkan dengan bimbingan dan penyuluhan
(BP) itu sudah amat jarang diselenggarakan pada fakultas keguruan baik negeri
maupun swasta.
Kenyataan lain yang menunjukkan kepesatan
perkembangan psikologi pendidikan adalah semakin banyaknya ragam cabang
psikologi dan aliran pemikiran psikolog yang turut berkiprah dalam riset-riset
psikologi pendidikan. Cabang dan aliran psikologi yang datang silih berganti
menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, di antaranya yang paling
menonjol adalah:
1. Aliran
humanisme dengan tokoh-tokoh utama J.J. Rousseau. Abraham Maslow, C. Rogers;
2. Aliran
behaviorisme dengan tkoh utama J.B Watson. E. L. Thorndike, dan B.F Skiner.
3. Aliran
kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J. Bruner, dan D. Ausbel.[3]
C. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya
bertanya tentang apa saja yang dibicarakn oleh psikologi pendidikan, maka
berdasarkan berbagai buku psikologi pendidikan akan diperoleh jawaban yang
berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku yang
lain menunjukkan lingkup yang lebih sempit atau terbas.
Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut.
Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut.
a.
Hereditas dan lingkungan
b.
Pertumbuhan dan
Perkembangan
c.
Potensial dan
Karakteristik tingkah laku
d.
Hasil proses pendidikan
dan pengaruhnya terhadap individu yang bersifat personal dan sosial
e.
Evaluasi dan hasil
pendidikan
Namun menurut Sumadi Suryobroto ( 1987 ) Ruang Lingkup psikologi pendidikan meliputi:
• Pengetahuan tentang psikologi pendidikan : pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah munculnya psikologi pendidikan
• Pembawaaan
• Lingkungan fisik dan psikologis
• Perkembangan siswa
• Proses – proses tingkah laku
• Hakekat dan ruang lingkup belajar
• Faktor yang mempengaruhi belajar
• Hukum dan teori belajar
• Pengukuran pendidikan
• Aspek praktis pengukuran pendidikan
• Transfer belajar
• Ilmu statistik dasar
• Kesehatan mental
• Pendidikan membentuk watak / kepribadian
• Kurikulum pendidikan sekolah dasar
• Kurikulum pendidikan sekolah menengah
D.
Peran Psikologi
Pendidikan dalam Pembelajaran
Peranan Psikologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam rangkamewujudkan
tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antara setiap faktor pendidikan.
Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting
dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan
seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang
menyadari dirinya sebagai pendidik. Oleh sebab itu, psikologi pendidikan
berfungsi diantaranya :
1. Sebagai
proses Perkembangan siswa.
2. Mengarahkan
cara belajar siswa
3. Sebagai
penghubung antara mengajar dengan belajar
4. Sebagai
pengambilan keputusan untuk Pengelolaan Proses Belajar Mengajar.
Psikologi
pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada pendidik dan calon pendidik
untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda
seperti di bawah ini:
a.
Memahami Perbedaan
Individu (Peserta Didik);
Seorang pendidik harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas
dengan hati-hati karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh
karena itu, sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa
tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat
membantu pendidik dan calon pendidik dalam memahami perbedaan karakteristik
siswa tersebut.
b. Penciptaan Iklim Belajar yang
Kondusif di Dalam Kelas;
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses
pembelajaran sangat membantu pendidik untuk menyampaikan materi kepada siswa
secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh
pendidik sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang
pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar
mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar
mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu pendidik
agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas,
sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan
efektif.
c. Pemilihan
Strategi dan Metode Pembelajaran;
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa.
Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat
perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
d. Memberikan Bimbingan kepada
Peserta Didik;
Seorang pendidik harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak
hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing
bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan
memungkinkan pendidik untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang
diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
e. Mengevaluasi
Hasil Pemb\elajaran;
Pendidik
harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan
mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa.
Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dan calon pendidik dalam mengembangkan
evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi,
pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
E.
METODE PENELITIAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1.
Metode Experimental
Istilah eksperimen (percobaan) dalam
psikologi, dapat diartikan sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap
gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan
untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau
kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Jadi, tujuan
metode eksperimen adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala
kejiwaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan lain
sebagainya. (Shalahuddin,1990:23) Kelebihan metode eksperimen adalah dapat
melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor/variabel-variabel
yang diperkirakan dapat "mencemari dan mengotori" hasil penelitian.
Metode ini menggunakan suatu
prosedur sistematik yang disebut sebagai eksperimental design (rancangan
eksperimen).
Rancangan ini memiliki dua
pengertian: Adanya langkah-langkah sistematik seperti langkah-langkah
penelitian ilmiah:
- Ada masalah (problem)
- Kumpulan konsep/teori yang sesuai
problem
- Alternatif jawaban/hipotesis
- Di uji secara empiris sesuai
dengan data lapangan
- kesimpulan dan generalisasi. (Prabowo &
Puspitasari dalam Gunadarma,2002:12)
Menurut Robert E. Slavin dalam buku
Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua,
yaitu metode eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang diacak
(Slavin,2008:21)
1.
Metode Questionare
Metode ini
adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik
psikologis, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau
diberikan kepada suatu kelompok individu, dengan objek untuk memperoleh
data dengan memperhatikan masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga
dipakai untuk tujuan-tujuan diagnostik atau untuk menilai ciri-ciri
kepribadian. Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:
a. Tidak
terlalu memakan biaya.
b. Bahwa dengan
metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan data yang
banyak.
Adapun kelemahannya antara lain
terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang menyangsikan.
(Shalahuddin,1990:25)
1.
Metode Klinis
Menurut James
Drawer dalam kamus "The Penguin Dictionary of Psychology", istilah
"clinic" dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan
berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau kelakuan. Dengan demikian metode
klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah
individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam
batas waktu yang lama. (Shalahuddin,1990:25)
Ada beberapa macam cara dalam metode
klinis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah:
> Studi
kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran
belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
> Studi
kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan
dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur
6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang
tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
> Cara longitudinal: Penelitian
ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu tertentu pada subjek yang
sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3
tahun (6-9 tahun).
> Cara cross sectional:
Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mengawakili
usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan
sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00, sekolompok
anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak usia 7;00
untuk mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita
ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia
9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan
emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00
sampai 9;00. Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)
4. Metode Case Study
Metode case
study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman seseorang,
penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada
umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang
tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik.
Metode ini
dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah
data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut.
(Shalahuddin,1990:26)
5.Metode Introspeksi
.
Metode ini
dipakai dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme
(Wilhem Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari
tentang pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat
dipakai untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri
seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya
pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan
kemudian melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari
dalam Gunadarma,2002:9)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam usahanya untuk mempelajari tingkah laku manusia, psikologi
mengunakan bebrapa metode-metode tersendiri untuk menyelediki terhadap
objeknya. Objek psikologi adalah pengahatan dan perbuatan manusia, yaitu
perbuatan manusia yang bersifat kompleks dan selalu berubah. Jiwa bukankalah
suatu benda yang mati, tetapi sesuatu yang hidup dimanis selalu berubah untuk
maju menuju kesempurnaaanya. Oleh karena itu, penggunaan utuk suatu metode yang
bagaimana baiknya, pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran ang mutlak, sebab
tiap-tiao metode pasti memiliki kelemahan di samping kelebihannya.
Metode-metode yang digunakan
dalam penelitian psikologi salah satunya yaitu, metode experimental, metode questionare,
metode klinis, metode case study, dan metode introspeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar